Jumat, 02 Maret 2012

Pasar or Plaza Festival?





Inilah cerita dibalik wajah baru Pasar Festival atau kini bernama Plaza Festival. Sebuah pusat perbelanjaan, sekaligus pusat olahraga bahkan kini menjadi pusat bisnis dan edukasi di tengah kota menjadikan Pasar Festival sebuah mall yang sangat unik.

Awal mulanya adalah sebuah pusat olahraga yang didirikan dengan nama Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro atau biasa disingkat menjadi GMSB. Pada tahun '93 fasilitas ini mulai diambil alih hak pengelolaannya oleh seorang pengusaha (A. Bakrie) dan menambahkan fungsi commercial ke dalamnya. Pada tahun 1997 bangunan ini juga sempat mengalami pembaruan yang desainnya dikerjakan oleh PT Wiratman. Sejak itu nama Pasar Festival mulai dikenal dan mulai ramai dikunjungi karena selain memiliki fungsi sebagai pusat olahraga, tempat ini juga menyediakan berbagai keperluan sehari-hari layaknya sebuah mall.




Terlebih saat era pasar hipermarket mulai merajalela di Jakarta. Carefour adalah salah satu penyewa besar yang pernah singgah disini. Saat itu nama Pasar Festival sudah tidak asing lagi bagi warga Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, karena memang letaknya berada di antara kedua kotamadya ini. Semakin ramai pengunjung mendatangi Carefour semakin banyak orang mengenal nama Pasar Festival namun semakin hilang citra GMSB. Inilah yang membuat bang Ali (alm.) geram. Menurutnya, Pasar Festival seharusnya menjadi sebuah fasilitas yang melayani pemuda. Sebuah fasilitas tempat para pemuda berekspresi dalam bidang olahraga. Sehingga keberadaan Carefour tidak dapat bertahan lama. Dan mulailah Pasar Festival kehilangan jatidirinya.

Tidak boleh mencari penyewa yang serupa membuat tempat ini semakin merosot ketenarannya. Para pebisnis juga menjadi tidak percaya diri untuk mengangkat kembali nama Pasar Festival karena kehilangan anchor tenant. -istilah untuk penyewa besar yang juga dapat mendatangkan pengunjung yang banyak- Tapi ini bukanlah kemorosotan bagi grup Bakrie.

Dengan berkembangnya wilayah Epicentrum, keberadaan Pasar Festival memang sudah direncanakan dari awal untuk menjadi pintu masuk utama dalam masterplan kawasan baru ini.

Di tahun 2007, PT Je-Feriasthama menjadi konsultan arsitek yang berkesampatan untuk merombak ulang wajah Pasar Festival. Beserta dengan Jeff Hong sebagai konsultan marketing, Je-Feriasthama menutup Pasar Festival dengan sebuah kulit baru. Sebuah seni facade yang membuat Pasar Festival menjadi bangunan yang berbeda.






Melekuk diantara bentuk pengotakan, itulah konsep arsitektur dari Je-Feriasthama. Setiap sudut luar bangunan ini ditutup dengan aluminium composite yang ditempelkan pada kulit bangunan terluar namun tidak menyembunyikan keaslian bangunannya. Wajah aseli dari Pasar Festival seolah-olah mengintip malu dibalik modernisasi perkotaan.

Di bagian dalam design-design baru juga dilekatkan pada koridor dan setiap sudut area sewa. Dari lantai hingga langit-langit ruangan, dan dari setiap sudut ruang semua dirancang dengan pengaturan baru dan design baru. Sportivitas dan Casual sangat terasa pada design Je-Feriasthama.





Taka kalah dengan perombakan eksterior dan interior bangunan Jeff Hong mencoba membangun kembali citra Pasar Festival dengan mengatur kembali tenancy mix dan memberikan usulan nama baru. Nama yang seharusnya mempunyai semangat modern namun tidak melupakan sejarahnya. Saat itulah diusulkannya nama Plaza Festival. Sebuah nama baru, semangat baru dan juga citra baru. Tidak hanya untuk Pasar Festival dan GMSB saja, namun untuk sebuah kawasan baru bernama Epicentrum.

Inilah Plaza Festival. Sebuah bentuk modernisasi yang tidak melupakan sejarahnya. Sebuah semangat baru bagi pemuda untuk tetap melihat kepada pendahulu mereka. Modernisasi yang menjunjung sejarah dan juga sebagai Gerbang masuk menuju dimensi baru.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar